PANTAU CRIME– Tugu Adipura menjadi saksi lautan manusia yang berlari bersama dalam semangat kebersamaan. Bhayangkara Run 2025, yang digelar Minggu pagi (22/6/2025), sukses menyatukan lebih dari 4.000 peserta dari berbagai latar belakang—masyarakat umum, TNI, Polri, hingga penyandang disabilitas—dalam satu lintasan solidaritas dan sportivitas.
Sebagai bagian dari peringatan Hari Bhayangkara ke-79, ajang ini menjadi wujud nyata pendekatan Polri yang inklusif, humanis, dan dekat dengan masyarakat. Lari dimulai sejak pukul 05.30 WIB, menyusuri rute yang dikawal penuh oleh jajaran Polda Lampung.
Namun Bhayangkara Run bukan sekadar tentang garis finish. Di setiap sudut acara, kehidupan rakyat bergema—mulai dari panggung kolaboratif Saburai Grand Jam yang melibatkan 35 musisi lokal, hingga ratusan UMKM yang membuka lapak, menyajikan makanan, minuman, dan kerajinan tangan yang menyejukkan suasana.
Kapolda Lampung, Irjen Pol Helmy Santika, menyebut bahwa acara ini bukan hanya perayaan institusi, tapi momentum untuk menyatu dengan rakyat.
“Polri ingin hadir bukan hanya dalam penegakan hukum, tetapi juga di ruang-ruang sosial, seni, budaya, dan olahraga. Ini adalah bentuk kehadiran yang membaur, sekaligus penguatan ekonomi lokal,” ungkapnya.
Helmy juga menegaskan bahwa Polda Lampung berkomitmen menjadikan kegiatan semacam ini sebagai tradisi kebersamaan, ruang ekspresi warga, dan sarana memperkuat ketahanan sosial.
“Olahraga menjaga kebugaran, musik memberi kedamaian, dan UMKM menghidupkan ekonomi. Ketiganya adalah pilar harmoni masyarakat,” tambahnya.
Bhayangkara Run 2025 hadir bukan hanya untuk menandai ulang tahun Bhayangkara, tetapi untuk merayakan nilai-nilai inklusi, gotong royong, dan kebaikan yang menyatukan Indonesia. Di balik setiap langkah kaki, denting nada, dan tenda kecil UMKM, terpancar wajah Polri yang membumi dan menyatu dalam denyut nadi rakyat.***